Sunday, March 2, 2008

Aku dan Festival Film Indonesia




Kedutaan besar Indonesia untuk Korea Selatan, mungkin adalah salah satu KBRI yang cukup aktif dalam mempromosikan kebudayaan Indonesia, termasuk film produksi dalam negeri.


Pada semester kedua tahun 2007 KBRI, Seoul menyelenggarakan festival film Indonesia yang menghadirkan film-film karya anak bangsa, seperti Dunia Sudah Kiamat, Heart dan ada satu lagi yang judulnya saya sudah lupa. Tapi kalau ngggak salah tema ceritanya tentang poligami.


Festival yang di buka oleh Dubes (pada saat itu) Jacob Tobing cukup menarik minat penonton terutama orang Indonesia (ya..sudah pasti donk..) dan orang-orang yang pernah belajar tentang Indonesia.


Film yang cukup banyak menarik perhatian adalah film tentang poligami itu...lho...


Lumayan banyak juga orang yang ingin tahu tentang kebenaran isi ceritanya kepada saya....


Karena didalam film tersebut (tentunya tidak untuk menyudutkan suatu kelompok agama) jelas-jelas digambarkan bahwa ada agama tertentu yang memperbolehkan poligami.


Seorang teman dengan rasa ingin tahu yang tinggi bertanya " Apa benar di agama anda boleh seperti itu ?"


Saya jawab "Boleh saja tapi tidak semudah yang digambarkan di film tersebut. Ada banyak persyaratannya, istri pertama mengijinkan, ekonominya mampu, dapat berbuat adil dsb..."


"Yang paling penting adalah, hal itu untuk menghidari Zina, jadi tidak istri satu tapi jajannya banyak".


Dan teman itu cukup mengerti dengan penjelasan saya...




Ketika saya tanyakan kepada Dubes, apakah pelaksanaan festival tersebut juga dimaksudkan mengantisipasi semakin banyaknya sinetron Korea yang masuk ke Indonesia ? Bapak Jacob Tobing dengan bijaksana mengatakan bukan untuk mengantisipasi tapi untuk lebih memperkenalkan budaya Indonesia kepada masayarakat Korea sekaligus merangsang sutradara-sutradara dalam negeri untuk memproduksi film yang bermutu, agar dapat menerobos pasar perfilman internasional.


Mungkin kita semua setuju untuk mengatakan bahwa kualitas film produksi dalam negeri akhir-akhir ini cukup menurun. Sehingga jangankan untuk pasar luar negeri, pasar dalam negeri saja sulit untuk ditembus.


Mudah-mudah keinginan kita, agar perfilman Indonesia bisa bangkit kembali seperti halnya di tahun 80an dapat terwujud. Amin...!!!


1 comment:

Papa Binky said...

Saya dulu pernah bekerja di PH yang produsernya orang korea, kalau tidak salah namanya Yoo Sun Tak kira2 begitu. kami rencananya akan membuat film antara korea dan indonesia, tapi perusahaannya keburu bangkrut. Saya masih ada konsep film tersebut.
Rencananya waktu itu saya diminta sama produser untuk menulis naskahnya disana. Kamu harus perhatikan betul setting untuk pengadegannya nanti.

Tapi semua itu hanya menjadi kenangan saja. Namun Konsep dan alu cerita masih terbenam di benak saya.

Thx.
Arief Binky
arief_binky@yahoo.co.id