Sunday, June 29, 2008

Aku dan Herman Welas, Pejalan Kaki Keliling Dunia

Mungkin kita perlu merenungkan dan mempertanyakan diri kita, apa yang telah kita perbuat selama hidup ini dalam membantu sesama.

Tentunya banyak hal yang dapat kita lakukan untuk membantu orang -orang yang mungkin kurang "beruntung" apabila di bandingkan dengan kehidupan yang kita jalani.

Nah..diantara sekian banyak ummat manusia khususnya anak bangsa (Indonesia=red), terdapat seorang pria bernama Herman Welas, yang cukup peduli dengan kondisi kehidupan masyarakat di Indonesia.

Lewat proyek MB-Gen (Membangun Bagi Generasi) Herman Welas mencoba mengumpulkan dana yang akan dimanfaatkan untuk memperbaiki taraf kehidupan masyarakat yang kurang "beruntung" lewat pemberian pelayanan kesehatan, pendidikan atau nutrisi, dll secara cuma-cuma.

Nah..yang menarik dari kegiatan pengumpulan dana tersebut adalah cara yang dilakukan pak Welas. Laki-laki yang berasal dari Sulawesi ini melakukan Perjalanan Keliling Dunia Dengan Berjalan Kaki, gimana hebat nggak ??

Mau tahu kondisi kakinya ? Hmmm lumayan, terutama pada bagian betis. Kondisi ini menurut Welas jauh lebih baik jika dibanding ketika dia berjalan kaki dipulau Jawa, dimana kuku-kuku jari kakinya pada copot...ihh...pasti sakit donk !

Pada tahun 2007, Herman Welas telah menyelesaikan perjalanan tahap pertama dari Jakarta ke Semarang yang memiliki jarak 1000 km, dan kegiatan tersebut tercatat di rekor MURI.

Untuk tahap kedua Welas telah menyelesaikan perjalanan sejauh lebih-kurang 700 km, antara kota Busan-Seoul, Korea Selatan. Perjalanan yang dimulai dari Busan yang membutuhkan waktu satu bulan tersebut berakhir pada tanggal 29 Juni sore, setelah dia melewati pintu gerbang KBRI Seoul. Kedatangan Welas di KBRI Seoul disambut oleh Kuasa Usaha bapak Koster Gultom, dengan mengalungkan karangan bunga, serta pegawai KBRI dan beberapa masyarakat Indonesia. Dalam sambutannya, Bapak Koster Gultom menyampaikan ucapan Selamat Datang kepada Herman Welas sekaligus membubuhkan tanda tangan diatas selembar kain panjang yang dibawa Welas selama perjalannya di Korea.

Menurut Herman Welas selama melakukan perjalanan baik di Indonesia maupun di Korea dia selalu mendapat bantuan dari orang lain, dimana Welas sendiri lebih suka menyebutnya sebagai Tim. Dalam perjalanan dari Busan ke Seoul, Welas juga mendapat sambutan maupun bantuan yang menurut dia kadang kala jauh lebih besar dari yang dia harapkan, termasuk dari Tim yang tentu saja baru dikenal oleh Welas. Bahkan ada dua keluarga di dua daerah yang dia lalui antara Busan dan Seoul, Welas diberikan kesempatan untuk menginap dan diperlakukan layaknya seorang tamu. Tentunya suatu pengalaman yang sulit untuk dilupakan.

Tentang rencana selanjutnya, Herman Welas akan mengadakan perjalanan berikutnya yaitu antara Vancouver, Kanada dan California, AS, setelah kembali dulu ke tanah air. Menurut Welas jarak yang lebih-kurang 40.000 km tersebut akan ditempuh selama 4 bulan mulai bulan September tahun ini.

Mudah-mudah apa yang diniatkan Herman Welas akan mendapat berkah dari Allah, Amin !








Sunday, June 1, 2008

Aku dan Mesjid Raya Seoul

Apakah di Korea ada penganut agama Islam ? Ada...

Apakah di Korea ada Mesjid ? Ya pasti donk ...

Inilah jawaban dari pertanyaan yang pernah diajukan oleh beberapa pendengar kami.
Nah..saat ini ada lebih-kurang 7 Mesjid ada di Korea. Bagi sebagian masyarakat Korea, ajaran Islam memang agak sedikit asing, hal ini mungkin disebabkan oleh penyebaran agama Islam tidak segencar agama lainnya, namun demikian penduduk keturunan Korea yang beragama Islam diperkirakan lebih-kurang 45.000 jiwa. Dikatakan jumlah pemeluk Islam di Korea terus bertambah secara stabil.
Mesjid Raya Seoul yang terletak di daerah Itaewon merupakan mesjid tertua dan terbesar di Korea. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1976.

Pada hari Jum'at, mesjid ini akan selalu ramai dikunjungi oleh ummat Islam yang datang dari daerah sekitar kota Seoul untuk mengadakan Sholat Jum'at.

Saya sendiri yang bekerja di daerah Youido butuh waktu sekitar 1 jam dengan naik bis untuk bisa sampai ke mesjid ini. Namun yang jelas jarak tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak melaksanakan ibadah, benarkan ?

Khususnya pada bulan Ramadhan mesjid ini, menyediakan makanan buka puasa. Maka tidaklah heran, mesjid ini juga selalu ramai pada bulan puasa. Masjid ini juga selalu diisi oleh orang- orang yang mengaji hingga menjelang makan sahur. Ternyata kebiasaan yang berlangsung selama bulan puasa, yang dilakukan masyarakat beragama Islam di Indonesia tersebut, juga dapat kita temui di Korea.


Aku dan HUT ke-33 Siaran Bahasa Indonesia

Tepat pada tanggal 2 Juni, Siaran Bahasa Indonesia KBS WR merayakan "Hari Jadinya" yang ke-33. Tidak seperti orang yang biasanya merayakan ulang tahunnya dengan acara tiup lilin dan kemudian potong kue, maka Siaran Bahasa Indonesia sepi-sepi saja seperti musim gugur dan adem-adem aja, seperti musim dingin. Tidak ada acara tiup lilin, tidak ada potong kue dan juga tidak ada nyanyian Selamat Ulang Tahun. Singkatnya tidak ada yang istimewa dalam memasuki usia 33 tahun ini.

Kenapa ? Emm, saya juga kurang tahu. Mungkin karena Siaran Bahasa Indonesia bukan manusia jadi tidak perlu ada acara Ulang Tahun. Tapi...sepertinya ada juga tuh..perusahaan yang memperingati "Hari Pendiriannya"...Ohh mungkin karena angkanya 33 jadi bukan 10, 20 atau 30 tahun...tapi apa masalahnya..ya? Atau mungkin...acara peringatan itu sendiri tidak penting...yang lebih penting adalah bagaimana menyajikan suatu acara yang bagus bagi pendengar. Itu benar !

Namun..perlu juga diingat bahwa...menyajikan "menu" yang sedikit berbeda pada hari yang "istimewa", bukan juga suatu tindakan yang salah..setujukan ?

Nah...walaupun pada peringatan tahun ini, seperti juga tahu lalu, tidak ada acara tiup lilin atau potong kue, namun kami sangat gembira karena begitu besarnya perhatian pendengar kami untuk mengucapkan "Selamat Ulang Tahun ke-33 Siaran Bahasa I ndonesia KBS WR. Diantaranya, Fadliansyah, Hermin, Kesih Sukaesih, Niti, Iman Sudibyo, Ilyas, Umi, Dwi Aji Sentosa dan juga Asmi Waluyo dll. Bahkan Shilla Sagita dan Aji Sentosa sempat-sempatnya lukis wajah saya, kak Park dan juga kak Hong. Cukup bagus...(Terimakasih Ya!)

Bahkan ada diantara mereka ada yang sengaja menggubah puisi yang isinya tentang Siaran Bahasa Indonesia. Puisi-puisi dari pendengar sudah kami udarakan pada acara Ajang Jumpa Kita edisi 31 Mei.
Kembali ke acara siaran...untuk membedakan acara siaran bertepatan dengan Ulang Tahun ke-33 Siaran Bahasa Indonesia, maka kami menyajikan kilasan sejarah pendirian Radio Korea Internasional lewat segmen Annyonghasipnika Inilah Seoul..Ya itu saja yang sedikit berbeda..

Ya..mudah-mudah tahun depan, teman-teman akan lebih kreatif dalam memperingati bertambahnya umur Siaran Bahasa Indonesia.

Sekali lagi kami ingin menyampaikan terimasih yang sebesar-besarnya bagi pendengar kami baik yang sudah mengikuti siaran kami selama puluhan tahun maupun yang baru, atas kesetian anda selama ini..

Jalan-jalan ke pondok indah

Mampir sebentar di kepasar Kemis

Usia boleh bertambah

Namun penampilan boleh donk tetap manis...

Benar nggak ?