Pada tanggal 24 Juli lalu, PD Siaran Bahasa Indonesia Won Ja-young merayakan Ultah-nya yang ke.....(rahasia !).
Beberapa rekan-rekan Siaran Bahasa Indonesia mengadakan acara kecil-kecilan di kantor, yaitu menyanyikan lagu selamat ulang tahun, tiup lilin kemudian potong kue deh...
Acara tiup lilin dan potong kue bagi staf yang berulang tahun sudah menjadi kegiatan yang lumrah bagi Siaran Luar Negeri, KBS World Radio, walau tidak semua seksi bahasa siaran yang melakukannya.
Setelah, acara potong kue di kantor, kami melanjutkannya dengan makan malam bersama.
Atas ide seorang teman, Park Chong, maka kami memilih untuk makan malam dengan ikan mentah. Saya adalah orang yang deman banget ama ikan mentah, maka ketika rekan Park Chong mengusulkan ikan mentah saya langsung setuju, kemudian kami ke pasar ikan Noryangjin.
Pasar Ikan Noryangjin adalah salah satu pasar ikan yang terkenal di Seoul. Disini kita dapat membeli ikan kemudian membawanya ke restoran-restoran yang terdapat di sekitar pasar ikan ini.
Pasar Ikan Noryangjin adalah salah satu pasar ikan yang terkenal di Seoul. Disini kita dapat membeli ikan kemudian membawanya ke restoran-restoran yang terdapat di sekitar pasar ikan ini.
Mungkin di Jakarta pasar Noryangjin ini bisa dikatakan seperti pasar ikan Muara Angke, dimana kita membeli ikan kemudian membawanya warung-warung yang menyediakan jasa untuk memasak atau membakar ikan...
Disini cukup banyak jenis ikan yang dapat dibeli mulai yang khusus dimakan dengan mentah ataupun dimasak. Mulai yang harga sederhana sampai yang berharga mahal, seperti ikan sebelah, kepiting, udang serta kerang.
Yang membuat saya kaget ketika berjalan-jalan bersama-sama teman-teman menelusuri pasar ini adalah, disini ikan buntel yang kalau di Indonesia tidak di makan, di jual dan tentunya di makan.
Yang membuat saya kaget ketika berjalan-jalan bersama-sama teman-teman menelusuri pasar ini adalah, disini ikan buntel yang kalau di Indonesia tidak di makan, di jual dan tentunya di makan.
Menurut yang pernah saya dengar ikan buntel memang di jual dan dimakan di Korea dan Jepang. Harganya bahkan sangat mahal bisa mencapai 100 dolar, karena tidak sembarangan orang dapat mengolah ikan ini. Hanya juru masak tertentu yang sudah memperoleh sertifikat khusus yang diijinkan untuk mengolah ikan ini.
Singkat cerita, kami membeli "ikan sebelah" ukuran sedang dan kerang. Ikan sebelah adalah ikan yang bentuknya pipih dan biasanya hidup di dasar laut, dan terlihat hanya seperti sebelah saja. Karena "ikan sebelah" lebih enak dimakan mentah, maka pedagang ikan itu memberikan servis untuk mengolah ikan hingga siap untuk disantap, bahkan saya diberi kesempatan untuk mencoba mengiris-iris ikan yang sudah dipisahkan bagian kepala, tulang dan kulitnya.
Orang-orang yang datang ke pasar ikan Noryanjin pada umumnya membeli ikan bukan untuk dimasak di rumah, tetapi untuk di santap di restoran-restoran yang ada di sekitar pasar. Maka tidak mengherankan kalau pasar ini ramai dengan pegawai-pegawai kantor, keluarga atau pasangan yang sengaja datang untuk menikmati ikan segar.
Biasanya pihak restoran menyediakan jasa memasak atau bahan-bahan lainnya seperti saus, sayuran, kecap, nasi, mie, minuman dll..
Pasar ikan Noryanjin cukup bersih, jauh dari kesan kumuh alias kotor dan bau busuk, berbeda dengan kesan pasar ikan pada umumnya. Itulah sebabnya, pemda Seoul menjadikan tempat ini sebagai salah satu tempat yang patut di kunjungi bagi wisatawan yang suka ikan...
Saya juga jadi teringat dengan daerah pasar ikan di Jakarta Pusat, daerah inipun sebenarnya sering di kunjungi wisatawan, tapi kalau nggak salah bukan karena pasar tempat penjualan ikannya, tetapi karena disana ada Museum Bahari.
Nah...mungkin dengan kerjasama yang baik antara pemda dan pengelola pasar, saya yakin kita juga bisa menjadikan pasar ikan atau pasar tradisional menjadi objek wisata, setujukan ??
Kembali kemasalah ikan tadi. Kepala dan tulang ikan yang telah diambil dagingnya tidak dibuang, karena bagian ini akan dibuat sop pedas yang dapat disantap bersama nasi atau mie.
No comments:
Post a Comment